Dilema Petani Indonesia dan Masa Depan Pangan Bangsa

Sebagai orang Indonesia kita memiliki tradisi kuliner yang sangat kaya setiap pulaunya Memiliki makanan khasnya masing-masing. kita punya banyak sekali pilihan untuk makan mulai dari gado-gado, sate, siomay, ketoprak, bahkan nasi pake tempe sama kecap aja jadi, dari semua makanan yang kita sebut tadi tempe menjadi salah satu makanan yang mendunia.
Dilema Petani Indonesia dan Masa Depan Pangan Bangsa
Petani Indonesia

Produk fermentasi ini memiliki nutrisi tinggi sampai dibilang megicfout di luar sana, kenapa ya karena tempe memiliki jumlah protein yang sama dengan daging sapi 10 kali lebih mudah dan 3 kali lebih hemat energi untuk diproduksi plus tempe yg enak untuk dimakan dengan apa saja walaupun cuma di cocok dengan kecap manis mau tahu apa kuncinya?

Kacang kedelai, kacang kedelai bisa digunakan sebagai bahan untuk berbagai bahan plastik, lem kayu dan tekstil. Selain itu kacang kedelai juga bisa jadi bahan pembuat lilin plus ampasnya bisa jadi bahan bakar untuk membuat kalian loh, kita nggak tahu gimana ceritanya nilai gitu jadi bahan untuk lilin.

Tapi yang jelas ada dua jenis Indonesia yaitu, pertama kacang kedelai kuning dan satu lagi kacang kedelai hitam atau khususnya varian yang kita lihat sekarang ini adalah malika. Secara fisik tidak ada perbedaan yang signifikan sih tapi ada yang bilang kedelai hitam lebih gurih, Makanya lebih sering digunakan untuk kecap.

Menurut pakar tempe dari universitas Gajah Mada Meri Astuti, kacang kedelai mulai dikonsumsi orang Indonesia sejak abad ke 12 atau 13 karena kata kerja dalam bahasa Jawa kuno ditemukan dalam cerita sri tanjung. 

Jumlah petani indonesia semakin menurun

Nah sekarang kalian pada tahu nggak kedelai kuning yang paling sering kita makan ini banyak yang impor, pada 2019 diprediksikan permintaan masyarakat Indonesia akan kacang kedelai mencapai 3,7 juta ton per tahun. Sedangkan jumlah Indonesia hanya mampu memenuhi 40% dari total permintaan.

Selain itu bukan hanya kacang kedelai Indonesia juga mengimpor banyak bahan makanan lainnya contohnya nih ya beras dari Thailand jagung dari India gula tebu dari Thailand dan Australia. Hampir semuanya impor!. Kenapa selain karena produktivitas dan permintaan tidak sebanding, masih banyak banget rintangan yang harus dihadapi oleh petani di Indonesia agar bersaing dan lebih produktif.
Permasalahan petani indonesia
Nah dari sumber di lapangan kami berhasil menginterview 2 orang petani dari Jawa Tengah dan mendapatkan beberapa masalah yang dialami oleh mereka dan yang gila masing-masing dari masalah pertanian ini saling berhubungan.

Lahan Pertanian Semakin Sedikit

lahan sekarang mulai menyempit pinggiran jalan besar seperti diberbagai tempat ini didirikan bangunan rumah, ini kebutuhan untuk seluruh masyarat, dari itu mengurangi banyak banget lahan pertanian yang berubah menjadi area Industri atau tergeser akibat dari pembangunan yang berujung berkurangnya produktivitas hasil panen 

1. Regenerasi Dalam Pertanian

yang kedua ini petani punya masalah yang serius mengenai regenarasi anak-anak muda sekarang punya tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan kebanyakan tidak mau jadi petani karena pekerjaannya dianggap kotor dan tidak menguntungkan.
Pada umumnya anak muda sekarang kebanyakan menjadi petani  itu agak malas Karena anak muda sekarang mencari hasil yang lebih cepat seperti, Contohnya kerja di pabrik.

2. Teknologi Pertanian Masih Menggunakan Sistem Tradisional

ketiga petani kita masih menggunakan teknologi dan metode pertanian yang out of day, contohnya sesimpel sistem irigasi yang tidak efektif atau penggunaan bahan kimia yang berlebihan sehingga menyebabkan tanah pertanian menjadi tidak subur, bahan kimia obat gulma itu kan bahaya sekali di lahan lahan persawahan.

3. Distribusi Hasil Pertanian

Dari sisi distribusi Indonesia itu negara kepulauan, infrastruktur kita belum merata ya kita bayangkan, kalau harus mengirim hasil panen dari Sabang ke Marauke pasti mahal. Bagaimana mau cara bersaingnya, dan ditambah konversi lahan pertanian di poin pertama tadi bisa menyebabkan pergeseran cuaca yang cukup ekstrim.

Kasus yang paling sering terjadi karena pergeseran cuaca ini adalah curah hujan yang berlebihan sampai menyebabkan terjadinya banjir yang bikin para petani gagal panen. Semuanya berhubungan men.

Pemerintah kita sudah mencoba memberikan beberapa solusi dengan berbagai cara yaitu: 

  • Memberikan insentif kepada para petani dalam bentuk bantuan benih
  • Pemberian pinjaman kepada petani untuk mengembangkan lahan mereka agar makin produktif
  • Pemerintah melakukan penyuluhan terhadap anak muda akan pertanian melalui instansi perguruan negeri tinggi 
  • Pemerintah juga lagi gencar-gencarnya melakukan pembangunan infrastruktur di daerah-daerah dan masih banyak Usaha pemerintah yang kita belum sebutkan ya,
Dari yang kita sebut ini aja udah bagus banget untuk membantu para petani di Indonesia agar lebih produktif tapi cukup gak sih? ya ngak Bro pemerintah udah usah sampai jungkir balik pun belum cukup kalau saya kalau terbesar nggak ikut bantu siapa stakeholder terbesarnya ?, ya kita Masyarakat Indonesia kita punya banyak cara membantu petani petani walaupun pengaruhnya kecil ya tapi kalau lebih dari 250 juta masyarakat Indonesia turut melakukannya pasti akan berdampak besar.
Jadi contoh aja nih ya belilah produk-produk makanan seperti beras tahu tempe kecap atau apapun lah yang berasal dari pertanian Indonesia katanya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mana solidaritasnya? kalian yang katanya muda-muda pintar, ganteng, cantik, bantu dong para petani ini dengan inovasi ciamik dan teknologi yang bisa membantu para petani meningkatkan produktivitas hasil Tani atau mungkin mau terjun langsung untuk bertani. Coba bayangin kalo petani udah habis karena nggak ada generasi mau makan apa Indonesia?

Nah itulah tadi sedikit dilema petani indonesia dan masa depan pangan bangsa kita ya, semoga artikel ini bisa bermanfaat terutama kamu generasi muda penerus dan pelurus bangsa ini.

Penelusuran yang terkait dengan Dilema Petani Indonesia dan Masa Depan Pangan Bangsa

jumlah petani di indonesia
petani muda
alih fungsi lahan pertanian

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel